Search This Blog

Sunday 24 January 2010

Odol dari surga

Cerita ini kudengar ketika duduk dibangku SMA dulu. Cerita yang akhirnya tertulis begitu dalam di relung-relung hati. Cerita yang meskipun naif, namun bermakna sangat dalam.

Kisah nyata dari seseorang yang dalam episode hidupnya sempat ia lewati dalam penjara. Bermula dari hal yang sepele. Lelaki itu kehabisan odol dipenjara. Malam itu adalah malam terakhir bagi odol diatas sikat giginya. Tidak ada sedikitpun odol yang tersisa untuk esok hari. Dan ini jelas-jelas sangat menyebalkan. Istri yang telat berkunjung, anak-anak yang melupakannya dan diabaikan oleh para sahabat, muncul menjadi kambing hitam yang sangat menjengkelkan. Sekonyong-konyong lelaki itu merasa sendirian, bahkan lebih dari itu : tidak berharga ! Tertutup bayangan hitam yang kian membesar dan menelan dirinya itu, tiba-tiba saja pikiran nakal dan iseng muncul. Bagaimana jika ia meminta odol pada TUHAN ?

Berdoa untuk sebuah kesembuhan sudah berkali-kali kita dengar mendapatkan jawaban dari-NYA . Meminta dibukakan jalan keluar dari setumpuk permasalahanpun bukan suatu yang asing bagi kita. Begitu pula dengan doa-doa kepada orang tua yang telah berpulang, terdengar sangat gagah untuk diucapkan. Tetapi meminta odol kepada Sang Pencipta jutaan bintang gemintang dan ribuan galaksi, tentunya harus dipikirkan berulang-ulang kali sebelum diutarakan. Sesuatu yang sepele dan mungkin tidak pada tempatnya. Tetapi apa daya, tidak punya odol untuk esok hari –entah sampai berapa hari- menjengkelkan hatinya amat sangat. Amat tidak penting bagi orang lain, tetapi sangat penting bagi dirinya.

Maka dengan tekad bulat dan hati yang dikuat-kuatkan dari rasa malu, lelaki itu memutuskan untuk mengucapkan doa yang ia sendiri anggap gila itu. Ia berdiri ragu-ragu dipojok ruangan sel penjara, dalam temaram cahaya, sehingga tidak akan ada orang yang mengamati apa yang ia lakukan. Kemudian dengan cepat, bibirnya berbisik : "TUHAN, Kau mengetahuinya aku sangat membutuhkan benda itu". Doa selesai. Wajah lelaki itu tampak memerah. Terlalu malu bibirnya mengucapkan kata amin. Dan peristiwa itu berlalu demikian cepat, hingga lebih mirip dengan seseorang yang berludah ditempat tersembunyi. Tetapi walaupun demikian ia tidak dapat begitu saja melupakan insiden tersebut. Sore hari diucapkan, permintaan itu menggelisahkannya hingga malam menjelang tidur. Akhirnya, lelaki itu –walau dengan bersusah payah- mampu melupakan doa sekaligus odolnya itu.

Tepat tengah malam, ia terjaga oleh sebuah keributan besar dikamar selnya.

"Saya tidak bersalah Pak !!!", teriak seorang lelaki gemuk dengan buntalan tas besar dipundak, dipaksa petugas masuk kekamarnya," Demi TUHAN Pak !!! Saya tidak salah !!! Tolong Pak…Saya jangan dimasukin kesini Paaaaaaaaak..!!!"

Sejenak ruangan penjara itu gaduh oleh teriakan ketakutan dari 'tamu baru' itu.

"Diam !!", bentak sang petugas,"Semua orang yang masuk keruangan penjara selalu meneriakkan hal yang sama !! Jangan harap kami bisa tertipu !!!!"

"Tapi Pak…Sssa.."

Brrrraaaaang !!!!

Pintu kamar itu pun dikunci dengan kasar. Petugas itu meninggalkan lelaki gemuk dan buntalan besarnya itu yang masih menangis ketakutan.

Karena iba, lelaki penghuni penjara itupun menghampiri teman barunya. Menghibur sebisanya dan menenangkan hati lelaki gemuk itu. Akhirnya tangisan mereda, dan karena lelah dan rasa kantuk mereka berdua pun kembali tertidur pulas.

Pagi harinya, lelaki penghuni penjara itu terbangun karena kaget. Kali ini karena bunyi tiang besi yang sengaja dibunyikan oleh petugas. Ia terbangun dan menemukan dirinyanya berada sendirian dalam sel penjara. Lho mana Si Gemuk, pikirnya. Apa tadi malam aku bemimpi ? Ah masa iya, mimpi itu begitu nyata ?? Aku yakin ia disini tadi malam.

"Dia bilang itu buat kamu !!", kata petugas sambil menunjuk ke buntalan tas dipojok ruangan. Lelaki itu segera menoleh dan segera menemukan benda yang dimaksudkan oleh petugas. Serta merta ia tahu bahwa dirinya tidak sedang bermimpi.

"Sekarang dia dimana Pak ?", tanyanya heran.

"Ooh..dia sudah kami bebaskan, dini hari tadi…biasa salah tangkap !", jawab petugas itu enteng, "saking senangnya orang itu bilang tas dan segala isinya itu buat kamu".

Petugas pun ngeloyor pergi.

Lelaki itu masih ternganga beberapa saat, lalu segera berlari kepojok ruangan sekedar ingin memeriksa tas yang ditinggalkan Si Gemuk untuknya.

Tiba-tiba saja lututnya terasa lemas. Tak sanggup ia berdiri. "Ya..TUHAAANNN !!!!", laki-laki itu mengerang. Ia tersungkur dipojok ruangan, dengan tangan gemetar dan wajah basah oleh air mata. Lelaki itu bersujud disana, dalam kegelapan sambil menangis tersedu-sedu. Disampingnya tergeletak tas yang tampak terbuka dan beberapa isinya berhamburan keluar. Dan tampaklah lima kotak odol, sebuah sikat gigi baru, dua buah sabun mandi, tiga botol sampo, dan beberapa helai pakaian sehari-hari.

Kisah tersebut sungguh-sunguh kisah nyata. Sungguh-sungguh pernah terjadi. Dan aku mendengarnya langsung dari orang yang mengalami hal itu. Semoga semua ini dapat menjadi tambahan bekal ketika kita meneruskan berjalan menempuh kehidupan kita masing-masing. Jadi suatu ketika, saat kita merasa jalan dihadapan kita seolah terputus. Sementara harapan seakan menguap diganti deru ketakutan, kebimbangan dan putus asa.

Pada saat seperti itu ada baiknya kita mengingat sungguh-sungguh bahkan Odol pun akan dikirimkan oleh Surga bagi siapapun yang membutuhkannya. Apalagi jika kita meminta sesuatu yang mulia. Sesuatu yang memuliakan harkat manusia dan DIA yang menciptakan kita.

Seperti kata seorang bijak dalam sebuah buku : "Seandainya saja engkau mengetahui betapa dirimu dicintai-NYA, hati mu akan berpesta pora setiap saat"

Monday 4 January 2010

Melirik Kemasa Silam, Menatap Kemasa Depan

Sudah selesai pesta tahun barunya? Ya, tentu saja. Meski terompet masih berfungsi, Anda tidak lagi tertarik untuk meniupnya kencang-kencang dimalam hari. Meski kembang api masih tersisa, anda tidak akan membiarkan nyalanya menggantikan kerinduan anda atas kasur empuk dan bantal guling. Hari ini kita kembali kepada realitas yang jauh dari segala hingar bingar bunyi terompet dan gemerlap kembang api. Namun, hari ini kita layak merenungkan jika setelah perayaan besar-besaran itu masa depan anda menjadi lebih cerah dari sebelumnya atau tidak?

Saya sedang mencari alamat didaerah yang agak asing ketika tiba-tiba saja sebuah mobil melesat kencang dari arah depan. Dalam hitungan sepersekian detik sejak saya melihatnya, tiba-tiba mobil itu menghantam kaca spion sebelah kanan saya dengan suara yang mengejutkan. Dan setelah bunyi keras itu, kaca spion kami tidak lagi berada ditempatnya. Saya menepi dan berhenti. Namun, mobil yang menabrak itu terus melaju dalam kecepatan tinggi. Sementara ditengah jalan, kaca spion mobil kami tergolek pasrah terpecah-pecah.

Saya tidak menyukai apa yang terjadi. Namun, tidak ada gunanya mengejar mobil yang kabur itu. Jadi, saya memutuskan untuk meneruskan perjalanan; tanpa kaca spion. Sungguh, saya tidak pernah benar-benar menyadari betapa bernilainya keberadaan sebuah kaca spion sebelum kejadian itu. Tiba-tiba saja, saya menyadari betapa pentingnya benda kecil itu. Karena, meskipun ukurannya kecil, namun kaca spion membantu kita melihat ke belakang. Yaitu, ke area yang tidak mungkin kita jangkau dengan memalingkan muka kearahnya. Bayangkan seandainya saat menyetir kita memutar leher dan melihat kearah belakang. Tentu sangat membahayakan keselamatan, bukan? Tetapi, dengan bantuan kaca spion yang kecil itu, kita bisa mengetahui situasi dibelakang tanpa harus mengarahkan wajah kita kesana.

Hey, sebentar dulu. Apakah saya berungkali menyebut kaca spion yang 'kecil'? Ah, ya. Faktanya memang ukuran kaca spion sangat kecil dibandingkan dengan kaca-kaca lain dalam mobil. Dengan fakta itu, tiba-tiba saja saya menemukan dua kesadaran. Pertama, secara fisik ukuran kaca spion memang jauh lebih kecil dibandingkan dengan kaca depan mobil kita. Dan kedua, kita tidak melepaskan pandangan kita kearah depan saat melirik kaca spion untuk mengetahui situasi dibelakang. Dan bagi saya, kedua fakta itu mengisyaratkan dua pelajaran yang sangat luar biasa.

Pelajaran pertama; ukuran kaca depan mobil yang lebih besar dari spion mengingatkan kita tentang 'porsi'. Artinya, kita memang harus memberi porsi yang lebih besar terhadap masa depan, bukan ke masa silam yang sudah kita tinggalkan. Kenyataannya, kita sering terjebak dengan masa silam. Sehingga, kita memberi porsi perhatian yang terlampau besar kepada masa silam daripada masa depan. Misalnya, saat menghadapi situasi sulit; kita sering merintih sambil membandingkan situasi ini dengan saat-saat indah dimasa lalu. Sehingga semakin mengingat masa silam, semakin sakit rasanya kesulitan yang tengah kita hadapi saat ini.

Bayangkan seandainya kita lebih banyak melihat kaca spion, dibandingkan dengan kaca depan mobil kita saat berkendara. Mungkin kita lebih sering mengalami kecelakaan daripada selamat sampai tujuan. Barangkali hidup kita juga demikian. Jika kita terlampau banyak mengurung diri dengan kesuksesan dan kegembiraan masa lalu, kita bisa lengah terhadap masa depan. Oleh karena itu, barangkali memang seharusnya kita lebih banyak melihat kedepan daripada bernostalgia dengan kenangan-kenangan masa silam. Jadi, kita tidak terjebak dalam jeratan kisah sentimetil masa silam yang membuat gerak langkah kita terhambat.

Pelajaran kedua; kita tidak melepaskan pandangan kearah depan saat melirik kaca spion. Mari ingat-ingat kembali saat kita berkendara. Kita tidak pernah melihat kaca spion terlampau lama. Bahkan sesungguhnya, kita tidak 'benar-benar' melihat kaca spion itu. Kita hanya meliriknya beberapa detik saja. Dan saat kita meliriknya, kita tidak pernah melepaskan padangan kearah depan. Karena sungguh, mata kita berfokus kearah depan yang menjadi arah laju kendaraan.

Jangan-jangan, hidup kita juga demikian. Kita memang perlu sesekali menengok ke masa silam. Agar kita bisa menarik pelajaran dari pengalaman. Dan terlebih lagi bisa mensyukuri semua anugerah yang telah diberikan oleh Tuhan. Namun, kita tidak boleh terjebak disana. Karena, roda kehidupan kita tidak berhenti dimasa lalu, melainkan terus melaju kini. Untuk menuju masa depan. Sungguh berbahaya jika kita membiarkan jiwa ini tertinggal di masa lalu. Terbelenggu oleh kenyaman yang telah lampau. Terjerat oleh kenikmatan hari kemarin. Dan terperangkap dalam bayang-bayang pencapaian dimasa silam.

Jika kita merasa perih kini, tidak berarti masa lalu kita jauh lebih baik. Jika kita merasa berat sekarang, tidak serta merta menandakan masa depan kita akan suram. Sebab, seperti tengah mengendari kendaraan; kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi didepan. Namun, selama berkendara itu; kita tidak sedikitpun berpaling dari masa depan. Bahkan, sekalipun kita sedang ingin tahu ada apa dibelakang. Karena, meski kita melirik kaca spion pun, kita tidak pernah melepaskan tatapan kita kearah depan. Sebab, ketika kita memandang kemasa depan; kita tidak lagi terpengaruh oleh apa yang kita tinggalkan. Disepanjang lintasan. Masa silam. Masa silam adalah energi untuk berterimakasih kepada Tuhan. Sedangkan masa depan adalah alasan mengapa kepada-Nya; kita menggantungkan harapan.

Catatan Kaki:
Kita tidak akan pernah sampai kemasa depan, jika disepanjang perjalanan; mata kita selalu melihat masa silam.