Search This Blog

Thursday 30 July 2009

Obrolan nyante di chat box yahoo - lawyer

Pas iseng2 chat box yahoo koq ada nama temenku….so,,,langsung deh kita coba ber chat ria, kebetulan aku ada sedikit klarifikasi tentang jobdesk seorang lawyer yg pernah kami bahas suatu malam di tempat teman dulu sekali…! Cuman sekedar memastikan saja,,,dan berikut merupakan petikan chatting tentang tugas lawyer sesungguhnya, terimakasih banyak buat temenku BLK atas penjelasannya.


kuta_padma is Available
Me:
Assalamualaikum wr wb

kuta_padma :
heiii
waalaikum salam pak,,
hehhehehee

Me:
Nanya lagi Bung,,,tapi bukan masalah insurance,,,terlalu njlimet,,,dijalanin aja dulu,,
Inget nggak waktu di rumah Ayu malem2,,,aq nanya2 ttg hukum...?

kuta_padma :
enggak deh kyknya tuh dah lamaaaa

Me:
Gpp,,,aku ingetin aja

kuta_padma :
trus?

Me:
Aq pernah dapet jawaban dari dirimu,,,bahwasanya tugas lawyer ntu,,membela client terlepas dari apakah client itu salah ato benar (yg sesungguhnya)
Inget nggak...
Mau mastiin sekali lagi aja,,,

kuta_padma :
truss???
yg mo ditanyain?

Me:
Berarti,,,mmisal nih yaa..? aku nyewa lawyer (padahal jelas2 aku yg salah),,berarti si lawyer itu akan menggunakan kemampuannya supaya aq bisa menang,,,begituyaa..?

kuta_padma :
yuupphh,,tapi semua itu tergantung nurani lawyer
ada yg mau bela meski salah
ada juga yg g mau ngebela kalo salah
tpi tugas klien hrus jujur ke lawyer ttg duduk persoalan
spy lawyer punya strategi bwt menangin kasus

Me:
Nah itu yg aku maksudkan,, persis seperti yg kamu jelasin malem2 ntu.

kuta_padma :
menggunakan kemampuannya supaya kmu bisa menang,,,
memang bgitu
asal kita jujur kita diposisi salah ato benar sekiranya
mang knp na?
kena kasus?

Me:
Padahal kan aktualnya si client salah,,, kalo dibela,,, berarti si lawyer iku ngebelain orang salah yaa...?

kuta_padma :
iyaaa
banyak kan yg begitu
klo g begitu mana ada org yg jahat menang?
buktinya banyak kan kejadian org yg salah dimenangkan?

Me:
Enggak,,,soalnya rekan kerjaku juga lulusan SH,,, rencana aku mo sharing ilmu aja,,tapi belum punya bahan buat diskusi
Naah,,, diliat dari info2 di tipi juga siiih,,, makanya aq inget penjelasanmu dulu,,
Sekali thanks buat infonya. Trus, kamu dah nerusin skul jadi lawyer nggak..?

kuta_padma :
kayaknya enggak deeh
berat di mental n moral
lawyer kalo g berani ambil rsiko dunia akherat susah kaya n sukses nya
mau g mau pasti banyak berhadapan dengan "mafia keadilan"
ogah aah

Me:
Thanks sekali lagi atas sharingnya...

kuta_padma :
pilih hidup tenang,bahagia,damai sejahtera,kaya raya,sukses dunia akhirat mati masuk surga
hahahhahahhaahha
amiiiinnn

Me:
Oh iya,,,aku minta ijin copy penjelasanmu ini yaa...?
kuta_padma :
keeyy
waahhh bayar royalti paak!!!!
Me:
Amiiin....!
kuta_padma :
Me:
Semoga deh,,royaltinya ilmu yg bermanfaat...!

kuta_padma :
amiinn
jd sedekah ya pak?
hehhhehe

Me:
InsyaAllah.....!

kuta_padma :
"power of sedekah"
is amazing!!!

Me:
Nggak diragukan lagi imbalan-Nya

kuta_padma :
hehhehehehe


Begitulah,,,akhirnya aku sudahi chattingnya dengan penambahan wawasan lagi kususnya tentang seorang lawyer. Mohon maaf jika mungkin ada kata2 yg tidak berkenan bagi para pembaca, bukan bermaksud untuk mendiskreditkan suatu posisi, semata2 karena rasa keingintahuan saja.

Terimakasih

Wednesday 29 July 2009

Demo siang


Alkisah,,,disuatu siang nan sejuk di dalam ruangan kantor ber-ac,,,Mas Yanwar sedang menunjukkan sebuah demo kepada P. Sulaiman dengan sebuah N95 ditangan kanannya,,,maduuu,,di tangan kirinyaaa…ups,,,sorry ngelantur….!

Entah demo apa yg sedang terjadi dan bakalan terulang,,,namun yg pasti secercah senyum kemenangan tersungging dari bibir mas Yan disertai kepuasan bathin dari P. Sulaiman. Bolak-balik dari meja satu ke meja yg lainnya,,masih dengan rasa penasaran saya berusaha mencaritau dengan mengerahkan segala kemampuan,,,dan akhirnya,,,ketemu deh apa yg sedang terjadi,,,,,, ternyata mereka sedang membuat sebuah akun fesbuk…….
Well done buat mas Yan dan P. Sulaiman….! Semoga sesuai dengan yg diharapkan….!

Sunday 26 July 2009

Kontras Antara ’Tampak Luar’ Dan ’Daleman’ Seseorang

Sudah menjadi kelaziman jika kita terpukau oleh ’tampilan luar’ segala sesuatu. Kita suka pada orang-orang yang ’kelihatannya’ baik, pintar, bijaksana dan berwibawa. Tak jarang kita mengidolakan mereka secara berlebih-lebihan. Namun, kadang-kadang rasa suka itu berbalik menjadi kekecewaan begitu kita tahu bahwa ’ternyata’ ada sisi gelap yang dimiliki oleh orang yang kita kagumi itu. Walhasil, rasa hormat kita berubah menjadi kebencian. Atau setidak-tidaknya, kita tidak lagi bersedia mendengar suara-suara kebijaksanaan darinya. Padahal, kebenaran tetaplah kebenaran, meskipun dia datang dari dalam lumpur. ’Kekurangan’ atau sisi gelap seseorang mestinya tidak menjadikan nilai-nilai luhur lain yang disampaikannya kehilangan makna. Sebab, jika kita hanya bersedia mendengar ’orang-orang yang tidak memiliki kekurangan’ maka kita tidak akan pernah menemukan orang semacam itu. Walhasil, kita tidak bisa saling belajar satu sama lain.

Saya sedang bekendara dengan istri saya ketika sebuah mobil mewah mendahului mobil yang saya kendarai. Karena saya belum mampu memiliki mobil mewah seperti itu, maka secara otomatis mata saya tertuju kepadanya. Mengikuti gerakannya yang seolah bersinar laksana rembulan tengah purnama. Memukau. Dan mengagumkan. Apalagi mobil itu terlihat bersih karena sang pemilik merawatnya dengan baik. Namun, ketika mobil itu tepat berada didepan, saya melihat ada sesuatu yang janggal. Bamper belakangnya tidak ada. Mungkin dicopot dibengkel untuk diperbaiki sehingga sekarang saya bisa melihat ’daleman’ mobil mewah yang selama ini tertutup oleh bamper. Sungguh, body mobil yang tidak tertutup bamper itu tidak terlihat indah. Ternyata, kalau tidak dibungkus dengan ’tampilan luar’ itu, mobil paling mewah sedunia pun tidak terlihat sempurnanya.

Saya menjadi teringat celetukan seseorang yang berbunyi kira-kira begini;”Ngapain aku dengerin omong dia? Wong sama istrinya saja dia cerai kok. Pake khotbah kayak gitu segala.....”

Orang yang seperti teman saya ini tidak hanya satu. Mungkin banyak sekali. Yang meskipun tidak salah untuk bersikap begitu, namun juga tidak sepenuhnya fair. Jika kita mengharapkan seseorang menjadi ’manusia super’ terlebih dahulu sebelum bersedia berbagi sistem nilai dan prinsip-prinsip kebajikan, maka artinya tidak seorangpun didunia ini yang mampu melakukan itu. Dan itu juga berarti bahwa jika kita punya gagasan positif, kita tidak bisa berbagi gagasan itu dengan orang lain sebelum kita bisa menjadi manusia yang benar-benar suci. Oleh karena itu, kita perlu bersikap proposional, rasional, sekaligus realistis. Dengan begitu, kita bisa tetap objektif tanpa harus menutup mata kepada nilai-nilai kebenaran dan keluhuran budi. Dan untuk bisa begitu, kita perlu mengambil langkah sekurang-kurangnya seperti ini:

Pertama, benar-benar bersedia menerima kenyataan bahwa orang lain tidak berbeda dengan kita, dalam konteks sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Berfokus kepada kelebihan untuk dicontoh dan kepada kekurangan untuk dihindari, jauh lebih produktif daripada mempermasalahkan kekurangan seseorang.

Kedua, menghindari terlampau mengidolakan seseorang. Kekaguman secara berlebihan bisa menjebak kita kepada dua kutub ekstrim. Yaitu, kutub tertutupnya mata batin kita, sehingga ketika orang yang terlampau kita idolakan itu terpeleset sedikit saja sudah menjadikan kebencian kita memuncak sepuncak-puncaknya. Sebaliknya, kita juga bisa masuk kekutub ekstrim lain berupa tertutupnya mata lahir kita oleh kezaliman dan keburukan orang yang kita kagumi itu, sehingga kita menjadi terlampau permisif. Itulah sebabnya banyak orang T-O-P-B-G-T yang meskipun melakukan kezaliman tetapi tidak tersentuh oleh hukum negara maupun hukum sosial. Kita menutup mata dengan sikap dan perilaku buruknya. Maka dari itu, kekaguman pada seseorang mestilah ada dalam kadar yang wajar.

Ketiga, perlu dibedakan antara kekurangan seseorang yang bersifat kelemahan manusiawi, dan kejahatan atau kebejatan moral. Seseorang yang ’tercela’ karena ketidakmampuannya atau kelemahannya tetapi masih bisa menjaga kesucian nilai kemanusiaannya adalah gambaran seorang manusia apa adanya. Begitulah manusia. Dia punya kelemahan. Sehingga hendaknya kita tidak memvonis buruk reputasinya, dan menutup mata dan telinga dari kebaikan dan kebijaksanaan yang masih bisa ditebarkannya. Seperti kasus teman saya itu; perceraian seseorang dengan istri atau suaminya tidak serta merta mengisyaratkan dia orang yang buruk.

Berbeda dengan orang-orang yang memang berperilaku buruk, kriminal, dan melanggar norma. Misalnya, seorang sahabat bercerita kepada saya tentang seseorang yang dikenal sangat bijaksana, berbicara tentang moral disana-sini; namun, jika berurusan dengan uang, dia seolah lupa atas semua yang pernah dikatakannya. ”Seolah dia tidak takut lagi pada Tuhan,” begitu kira-kira ungkapannya. Ada juga orang yang bergembar-gembor soal keluhuran moral dan etika, namun diketahui sering bersikap asusila dengan perempuan-perempuan yang bukan muhrimnya. Atau, mereka yang dikenal bijak dan pantas dijadikan tempat berguru tapi ternyata sering menyakiti hati tetangganya dan tidak peduli jika tetangganya itu terganggu oleh ulahnya.

Hal ini semakin menegaskan kepada kita, bahwa seperti mobil mewah tadi; ’daleman’ seseorang tidak selalu semulus dan sekelimis tampilan luarnya. Meski begitu, tidak berarti bahwa kita boleh mencampakkannya begitu saja. Namun, juga tidak berarti kita boleh mentolelir tindakan amoral dan kriminal yag dilakukannya. Ini menegaskan kita bahwa bersikap objektif dan proporsional itu penting. Sehingga, kita tidak kehilangan makna atas keyakinan kita bahwa setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan. Agar kita bisa terus saling belajar, sambil tetap memberi ruang kepada setiap pribadi untuk melakukan kesalahan dalam koridor keterbatasannya sebagai seorang manusia. Dan pada saat yang sama, kita mengatakan ’tidak’ pada kebejatan moral dan perilaku tercela lainnya.

Catatan Kaki:
Ada bedanya antara kelemahan dan kebejatan. Kita boleh menerima kelemahan, namun menolak tindakan dan perilaku buruk yang datang dari hati yang kotor.

Friday 24 July 2009

Rehat sebentar dari gawean




Asiknya kalo pas istirahat siang,,,,,ditemani dengan sebuah henpon keluaran tercanggih yg bisa menangkap sinyal analog stasiun televisi nasional.

Inilah implementasi dari sebuah konvergensi alat yg bernapa multimedia henpon,,,lumayan bisa untuk melepas penat setengah harian para estimator yg mumet ngitung2 tender terus.

Nih henpon saking canggihnya,,bisa dibuat 2 layarnya,,,kalo yg kecil kurang jelas,,,bisa ngliat yg guede yg dibelakangnya,,,ups,,,sorri,,,salah liat,,ternyata layar yg dibelakangnya ntu adalah layar lcd buat komputer,,,hi,,,hi,,5x.

:-)

Tuesday 14 July 2009

Bahkan Di Jalan Pun Berserakan Kebijaksanaan

 

Anda tentu masih ingat dongeng tentang asal muasal persetruan antara semut dan gajah. Konon penyebabnya adalah gara-gara sang gajah suka menginjak semut. Gajah adalah metafor bagi penguasa alias orang-orang besar, sedangkan semut mewakili orang-orang kecil. Kalau diinjak-injak terus, orang kecilpun pada akhirnya akan habis kesabaran, dan kemudian melawan. Namun, tahukah Anda bahwa didunia ini ada 'sesuatu' yang diinjak-injak seberat apapun dia tetap bersabar, dan menjalankan fungsinya dengan baik. Dia tidak tersinggung sekalipun ditempatkan lebih rendah dari alas kaki kita. Dilindas, dan dilibas. Dia tetap saja tersenyum, dan tidak henti-hentinya memberikan panduan. Anda tahu siapakah yang memiliki sifat seperti itu? Anda benar. Dia adalah 'marka jalan'.
 
Sekarang, mari kita bayangkan seandainya kita berkendara dijalan raya yang tidak memiliki garis putih marka yang membatasi lajur kiri dengan lajur kanan. Sangat beresiko, bukan? Apalagi jika perjalanan itu ditempuh dimalam hari. Kita akan sangat membutuhkan marka jalan. Jika tidak ada marka jalan, kita menjadi gamang. Jika terlalu kekiri, kita bisa terperosok kejurang. Tapi, kalau terlampau kekanan, kita bisa bertabrakan dengan kendaraan dari arah depan. Namun, karena ada marka jalan itu; kita bisa berkendara dengan tertib dan aman. Oleh sebab itu, orang yang ingin selamat dalam perjalanan mesti mematuhi aturan yang diwakili oleh marka jalan itu.
 
Dikantor pun, ada 'marka' yang harus kita patuhi. Yaitu, aturan-aturan yang jika kita semua mengikutinya, maka kita akan bisa menjadi karyawan yang hebat. Contoh sederhana dari aturan dikantor yang pantas kita ikuti adalah etika masuk kerja. Tidak ada kantor yang menghendaki kita masuk dan keluar dengan sesuka hati. Sehingga jika kita tidak mematuhinya, maka kita tidak termasuk karyawan hebat itu. Kadang-kadang kita berkilah; 'yang penting pekerjaan saya kan selesai'. Benar, tugas kita adalah menyelesaikan pekerjaan kita. Namun, bekerja sama sekali bukanlah sekedar menyelesaikan pekerjaan. Sebab, ada aspek lain yang menuntut komitmen kita, semisal; kualitas dari pekerjaan yang kita selesaikan. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Juga dampak yang ditimbulkannya kepada departemen atau orang lain atas apa yang kita kerjakan.
 
Meskipun selesai, tetapi jika pekerjaan orang lain tertunda hanya karena kita terlambat menyelesaikan bagian kita; maka kualitas pencapaian secara keseluruhan menjadi rendah. Lagipula, orang-orang yang merasa puas hanya dengan 'menyelesaikan' pekerjaannya tidak bisa menjadi karyawan hebat. Mengapa? Karena sekedar menyelesaikan pekerjaan standar tidak menjadikan dia unggul. Selain itu, karyawan hebat mesti pantas untuk diteladani. Bagaimana kita menjadi teladan jika tidak berdisiplin?
 
Jika kita perhatikan, marka jalan diatas aspal itu ada beragam macam. Ada yang berupa garis terputus-putus, dan ada juga garis yang tidak terputus. Kita boleh melewati garis yang terputus, misalnya saat hendak menyelip kendaraan lain. Tapi, garis yang konsisten tidak boleh dilewati. Sama seperti hidup kita; ada hal-hal yang boleh kita lakukan dan ada hal-hal yang sama sekali tidak pantas kita lakukan. Orang-orang yang melintasi garis tak terputus sama saja mempertaruhkan keselamatan perjalanannya. Orang-orang yang melakukan sesuatu yang tidak pantas sama artinya mempertaruhkan kehormatan mereka. Itulah sebabnya mereka yang ingin selamat diperjalanan selalu menahan diri untuk tidak melanggar garis tak terputus itu. Dan orang-orang yang ingin hidupnya selamat menahan diri dari melakukan perbuatan-perbuatan tak senonoh. 
 
Memang, kadang-kadang kita sangat membenci aturan. Kita ingin hidup sesuka hati tanpa aturan. Tetapi, jika setiap orang boleh melakukan apapun yang diinginkannya, mau jadi seperti apa kehidupan ini? Seseorang boleh mengambil milik orang lain, jika dia berani. Dan orang yang merasa terampas haknya boleh membalas, jika dia punya kekuatan. Maka lingkungan kita akan menjadi arena sikut-sikutan. Dan jadilah dunia kita penuh dendam dan pembalasan. Bukankah kita tidak menginginkan kehidupan seperti itu?
 
Pendek kata, kita memang membutuhkan aturan dalam hidup. Jika kita ingin selamat; sebaiknya memang kita mematuhi aturan yang berlaku. Baik aturan dijalan raya. Aturan dikantor. Terlebih lagi aturan yang digariskan oleh Tuhan. Aturan dijalan raya memperbesar peluang kita untuk mendapatkan keselamatan selama di perjalanan. Aturan dikantor dan tempat kerja memperbesar peluang kita untuk bisa membangun karir dan prestasi tinggi. Sedangkan aturan dari Tuhan memperbesar peluang kita untuk selamat didunia dan diakhirat. 
 

Catatan Kaki:
Satu-satunya cara untuk menjamin keselamatan hidup kita adalah dengan mematuhi marka jalan kehidupan  yang telah Tuhan sampaikan melalui para nabi dan rasul-rasulnya.
 

.

__,_._,___

Friday 10 July 2009

Melampaui Keserakahan Seekor Nyamuk

”Enough is not enough when we can get more.” Mungkin anda pernah mendengar ungkapan itu. Cukup itu tidaklah cukup, jika kita bisa memperoleh lebih banyak lagi. Dalam konteks tidak cepat berpuas diri, kalimat itu sungguh sangat memotivasi. Karenanya, ketika kita berhasil meraih pencapaian hingga tahap tertentu, maka kita terus memacu diri. Namun, dalam konteks pengendalian hawa nafsu, kita perlu menggunakan sudut pandang yang berbeda sama sekali. Sebab, hawa nafsu yang tidak mengenal batas membentuk kita menjadi pribadi serakah (greedy), sehingga ’mengambil lebih banyak lagi’ menjadi dogma yang mesti kita patuhi. Sampai-sampai, kita tidak bisa membedakan antara semangat untuk terus mengeksplorasi kapasitas diri dengan keserakahan.

Dipenghujung musim hujan, para nyamuk menggeliat bangun. Sehingga, pada masa-masa awal musim kemarau seperti saat ini dirumah saya sudah mulai beterbangan mahluk haus darah itu. Jika sudah begitu, ketenangan malam-malam kami menjadi terusik. Kami sering dibuat tidak berdaya untuk menangkis serangan-serangan udara layaknya pesawat tempur canggih yang menggempur pemukiman penduduk yang tak berdaya. Hebatnya lagi, nyamuk jaman sekarang sudah semakin canggih melakukan manuver sehingga jangan harap bisa menepuknya ketika dia terbang. Bahkan, ketika dia menggigitpun tingkat kewaspadaannya tetap tinggi. Jadi, saat kita menepuk, dia cepat-cepat terbang lagi. Nyamuk lolos, malah paha kita yang terasa pedas karena terkena pukulan sendiri.

Tapi, tentu Anda tahu bahwa ada ’saat dimana kita bisa menangkap’ nyamuk dengan amat sangat mudah. Yaitu, ketika nyamuk sedang kekenyangan. Ketika kenyang, nyamuk tidak bisa terbang. Boro-boro terbang, untuk sekedar bergerak saja sudah sulit. Sehingga, kita bisa menepuknya dengan teramat gampang.

Setiap kali saya mendapati nyamuk kekenyangan seperti itu saya selalu memiliki dua perasaan yang bercampur baur. Pertama, perasaan puas, karena anda tahulah apa yang saya lakukan kepada nyamuk yang telah menyakiti anak-anak saya yang tengah tertidur pulas itu. Kedua perasaan miris. Miris? Iya. Karena saya melihat sifat nyamuk itu didalam diri saya. Setelah saya memikirkan dalam-dalam, ternyata bukan hanya nyamuk yang memiliki sifat serakah, tetapi juga manusia. Bahkan, mungkin manusia lebih serakah dari nyamuk. Nyamuk memang serakah. Tetapi, yang dia ambil hanya sebatas memenuhi isi perutnya. Tetapi, keberhasilan manusia untuk memenuhi seluruh rongga perutnya tidak akan pernah berhasil menghentikan hasratnya untuk ’mengambil lebih banyak’ lagi. Sebab, selain memiliki rongga perut untuk menyimpan, manusia juga memiliki bank, surat berharga, emas batangan, dan berbagai macam bentuk penyimpanan lainnya. Karena kapasitas tempat penyimpanan itu nyaris
tidak terbatas, maka cocoklah dengan sifat rakus manusia yang tidak kenal batas ini.

Seandainya nyamuk itu tidak mengumbar nafsu serakahnya, misalnya dengan menghisap darah secukupnya saja, mungkin dia akan tetap bisa menyelamatkan diri. Tetapi, keserakahan telah menjadikan dirinya terlampau bernafsu untuk mengambil sebanyak-banyaknya sehingga perutnya kepenuhan. Dan karenanya dia menjadi tidak berdaya. Kita sudah melihat begitu banyak bukti bahwa manusia-manusia yang serakah seringkali pada akhirnya harus berhadapan dengan hukum, dan bermuara dibalik jeruji penjara. Jika pun mereka bisa meloloskan diri, mereka harus berpura-pura menjadi manusia terhormat, padahal namanya terpampang dalam DPO alias daftar pencarian orang dengan titel buronan.

Sungguh beruntung bagi sang nyamuk. Sebab, dia hanya berurusan dengan dunia. Sedangkan manusia? Selain dunia, kita memiliki urusan dengan akhirat. Jika nyamuk serakah mati, maka mati pulalah semua ’dosa’ yang pernah diperbuatnya. Namun, jika manusia mati, maka abadilah ’semua amal perbuatannya’. Jika amal itu baik, maka kebaikan itu akan menjadi bekal kehidupan sesudah kematiannya. Namun, jika amal perbuatannya itu berupa keburukan; akan tetap menjadi beban bagi kehidupan keduanya kelak. Padahal, hidup kelak beda dengan hidup kini. Kini, uang bisa menjadi hakim pengganti hukum. Namun nanti, uang tidak bernilai lagi.

Tiba-tiba saja saya merasa beruntung karena ’tidak memiliki kesempatan’ untuk melampiaskan semua bentuk keserakahan itu. Saya bersyukur karenanya. Sebab, seandainya saja saya mendapatkan kesempatan itu; mungkin saya tidak akan mampu mengendalikan nafsu serakah ini. Tetapi, saya juga merasa miris lagi. Karena, meski tidak seserakah itu; saya masih memiliki bibit keserakahan dihati ini. Sehingga, kadang-kadang saya begitu egoisnya sampai berani mengabaikan kepentingan orang lain.

Hari ini, saya belajar sesuatu dari sang nyamuk. Bahwa jikapun kita harus mengambil, maka kita hanya berhak mengambil sesuai dengan hak kita. Yaitu sejumlah kadar kepantasan tertentu. Jika kita mengambil melebihi tingkat kepantasan itu, maka kita telah berubah menjadi mahluk yang lebih rendah dari sang nyamuk. Sebab, keserakahan nyamuk dibatasi oleh ukuran perutnya. Sedangkan keserakahan kita, hanya dibatasi oleh kematian. Sifat serakah kita tidak mati sebelum kita sendiri yang mati. Sementara dalam serakahnya itu, sang nyamuk mati dalam seluruh kebaikan hidup. Sebab, ketika dia mati, dia datang menghadap Tuhan. Lalu dia katakan; ”Tuhan, saya sudah menunaikan tugas yang Engkau perintahkan.” Maka malaikat yang mendampinginya berkata;”Tuhanku, sesungguhnya kami menyaksikan hambamu ini menunaikan tugasnya seperti yang Engkau perintahkan....”

Lalu batin saya bertanya kepada sang malaikat. ”Wahai Malaikat suci, apakah sesungguhnya tugas yang Tuhan berikan kepada sang nyamuk itu?” Balas malaikat:”Tuhan menugaskan nyamuk untuk memberikan pelajaran kepada umat manusia, agar mereka menghindari sifat serakah dan berlebih-lebihan.....” Lalu pagi itu, saya terbangun dengan beberapa ekor nyamuk yang gemuk. Saya kesal karena dia telah mengambil darah dari tubuh ini. Namun, saya juga kagum kepadanya. Karena demi menjalankan perintah Tuhan, dia rela untuk mengorbankan dirinya. Sehingga para manusia, bisa menarik pelajaran penting darinya....

Catatan Kaki:
Memberi adalah membuka kesempatan bagi orang lain untuk menerima. Sedangkan menerima adalah membuka kesempatan bagi orang lain untuk memberi. Karenanya, kesediaan untuk memberi dan menerima menghindarkan kita dari keserakahan.